Tuesday, February 3, 2009

Merokok dan BasmAlLah


Oleh Aliman Syahrani


Nabi saw. memerintahkan membaca basmAlLah pada waktu kita hendak melakukan hampir semua aktivitas. Tapi kenapa Nabi saw. tidak pernah memberikan perintah membaca doa apapun kepada orang yang ingin mengisap shisa – yang bisa disamakan dengan merokok?


FATWA haram merokok dari Majelis Ulama Indonesia bagi anak-anak, wanita hamil dan di tempat umum, tak urung menimbulkan pro dan kontra di berbagai kalangan. Semua kita tentunya sudah mafhum bahwa merokok lebih banyak mudharatnya ketimbang maslahatnya. Dalam dunia kedokteran, merokok berikut berbagai konsekuensinya sering dijadikan topik pembahasan dan bahan penyelidikan. Namun tidak cukup dikatakan, bahwa merokok adalah persoalan yang harus diselesaikan secara medik saja. Masih banyak lembaga atau individu dari berbagai disiplin ilmu yang juga wajib ikut campur tangan. Bahkan, pihak penguasa harus berperanserta dalam penanggulangan masalah yang tampaknya biasa-biasa saja ini. Demikian pula individu yang berkecimpung dalam bisnis rokok; dari pemilik pabrik, petani tembakau sampai pada penjual rokok ketengan di pinggir jalan harus menyadari perbuatan yang sebenarnya sedang mereka lakukan. Mereka adalah orang yang berpartisipasi bagi kemungkinan datangnya berbagai penyakit akibat asap rokok.

Analisis atas komposisi rokok sering dilakukan di laboratorium. Belasan subtansi kimiawi, bahkan mungkin lebih dapat ditemukan dalam asap rokok. Dari gas CO atau karbon mono-oksida yang dapat mengakibatkan kekurangan zat asam di dalam darah dan jaringan sampai pada nikon, yang berpengaruh pada metabolisme kolesterol di tubuh.

Di dalam buku-buku kesehatan secara berulangkali dikatakan bahwa merokok adalah suatu perbuatan yang dalam dunia kedokteran disebut ‘faktor risiko’ yang artinya faktor yang melapangkan jalan bagi terjadinya aterosklerosis, suatu kepatologian di dinding pembuluh darah yang berjalan seiring dengan penyempitan dan penyumbatan di ruangnya. Nota bene, aterosklerosis yang terjadi di ruang pembuluh darah di jantung akan mengakibatkan kelainan dari berbagai peringkat di organ tersebut, dari yang ringan yang masih dapat diatasi dengan perubahan gaya hidup (jogging dan obat) sampai pada yang paling besar yang dapat mengakibatkan kematian mendadak.

Terlepas dari itu semua, konon diceritakan bahwa yang mula pertama merokok, sekurang-kurangnya yang merokok tembakau, adalah orang-orang Indian Amerika. Mereka sudah sejak dini berkebudayaan mengisap tembakau. Baru di seputar zamannya Christoffer Columbus, orang-orang Spanyol yang menamakan dirinya Konkistadores, yakni penakluk Dunia Baru, mentransfer kebudayaan merokoknya orang Indian ke Eropa.

Di Timur Tengah dan India, kebiasaan mengisap shisa, yang bisa disamakan dengan merokok, merupakan suatu kebudayaan yang diterapkan oleh masyarakat sejak zaman jahiliyah hingga sekarang. Merokok shisa yang juga dikerjakan oleh sementara orang di zaman RasululLah, tidaklah mudah untuk ditentukan hukumnya di dalam agama.

Namun, argumentasi berikut mungkin bisa dijadikan bahan diskusi untuk menghimpun pendapat pembaca sekalian tentang asal tersebut. Kita semua mengetahui bahwa Nabi saw. memerintahkan membaca doa pada waktu kita hendak melakukan hampir semua aktivitas. Kita dianjurkan membaca bismilLah, bila mana kita ingin masuk kamar mandi, ingin berangkat tidur, ingin makan atau minum, bahkan ketika ingin melakukan hubungan suami istri dan sebagainya. Namun, Nabi saw. tidak pernah memberikan perintah membaca doa apapun kepada orang yang ingin mengisap shisa.

Silakan pembaca menghimpun pendapat! 

No comments:

Post a Comment